Minggu, 04 Maret 2012

Jangan lihat dari luar

Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng
suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun
dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan
malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University.
Mereka meminta janji.
Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan
bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga
tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin
tidak pantas berada di Cambridge.
“Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard”, kata sang pria
lembut.
“Beliau hari ini sibuk,” sahut sang Sekretaris cepat.
“Kami akan menunggu,” jawab sang Wanita.
Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan
harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah
semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak. Sang
sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan
untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya.
“Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa
menit, mereka akan pergi,” katanya pada sang Pimpinan
Harvard.
Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan
mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya
waktu untuk mereka. Dan ketika dia melihat dua orang
yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar
kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul. Sang
Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan
tersebut. Sang wanita berkata padanya, “Kami memiliki
seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard.
Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini.
Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena
kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya,
di suatu tempat di kampus ini, bolehkan?” tanyanya,
dengan mata yang menjeritkan harap.
Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan
memerah. Dia tampak terkejut. “Nyonya,” katanya dengan
kasar, “Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap
orang yang masuk Harvard dan
meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah
akan seperti kuburan.”
“Oh, bukan,” Sang wanita menjelaskan dengan cepat,
“Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami
ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard.”
Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap
sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka
kenakan dan berteriak, “Sebuah gedung?! Apakah kalian
tahu berapa harga sebuah gedung ?! Kami memiliki lebih
dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik
Harvard.”
Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin
Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka
sekarang. Sang wanita menoleh pada suaminya dan
berkata pelan, “Kalau hanya sebesar itu biaya untuk
memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat
sendiri saja?” Suaminya mengangguk. Wajah sang
Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan.
Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan
pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California,
di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang
menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk
seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh
Harvard. Universitas tersebut adalah Stanford
University, salah satu universitas favorit kelas atas
di AS.

Kita, seperti pimpinan Hardvard itu, acap silau oleh
baju, dan lalai. Padahal, baju hanya bungkus, apa yang
disembunyikannya, kadang sangat tak ternilai.
 Jadi, janganlah kita selalu abai, karena baju-baju,acap
menipu.

1 komentar: