Minggu, 08 April 2012

Ketika Takdir Berbicara


Fofo-foto hasil jepretanku telah selesai. Kini saatnya aku pergi ke kantor untuk memberikan hasil kerja ku kepada boss. Tapi pagi ini agak berbeda, sudah banyak kesialan yang menimpahku, hingga aku harus terlambat datang kerumah sakit. Fiuh cukup ngelus dada aja deh hari ini batinku. Aku terus berjalan dikoridor rumah sakit menuju 1 ruangan yang setiap hari aku datangi. “Rin, sebaiknya jangan masuk dulu. Arah lagi istirahat” ucap seorang yang mengurungkan niatku untuk membuka pintu ruangan itu. “huft. Berarti aku telat dong” batin ku kesal. Segera aku berjalan ketaman rumah sakit lalu duduk di bawah pohon jambu yang rindang. Sesekali ku mainkan kamera ku, memfoto aktivitas para pasien dan bunga-bunga yang ada ditaman rumah sakit. Tiba-tiba seorang anak kecil dengan menggunakan kursi roda datang menghampiriku. Dia hanya diam tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya yang mungil, dia hanya mengamati aku yang masih tetap asyik memainkan kamera ku. Hingga pada akhirnya aku pun bertanya “adik kecil namanya siapa?” dia pun tersenyum dan menjawab “nama aku Keke kak, nama kakak siapa?”, “nama saya Sabrina, kamu bisa panggil saya kak Rina, ataupun mbak Rina” ucapku memberikan informasi. Keke lalu tersenyum dan memintaku untuk memfoto dia. Hasilnya bagus! Seorang gadis imut dengan rambut hitam tergurai panjang sebahu dan pipi yang chubby. Tapi tunggu dulu, ada yang aneh pada hasil foto ini, kenapa Keke membawa sebuah melati putih, sedangkan pada aslinya Keke tidak membawa bunga itu. Pertanyaan demi pertanyaan muncul di dalam benakku. “Rin, Arah sudah bangun, samperin gih” ucap Riko yang membuyarkan lamunan ku. Aku pun langsung pergi dan berpamitan dengan Keke.

*****
 Terlihat Arah yang sedang tersenyum dengan kondisinya yang lemah, saat aku membuka pintu ruangan itu. Arah tersenyum dan langsung mengelus pipiku, aku pun hanya bisa membalas dengan senyuman. Lalu kami pun mengobrol dan bercanda seperti biasanya. Aku selalu menceritakan kesan yang ku alami setiap harinya kepada Arah. Arah adalah orang yang sangat aku sayangi dan sangat aku cintai. Sudah lama kami berpacaran, bahkan kami sudah berkomitmen untuk menuju kejenjang yang lebih serius lagi. Tapi tampaknya Tuhan belum mengizinkan kami untuk bersatu. Pada usia hubungan kami yang genap 4 tahun, Arah difonis mengidap gagal ginjal. Sudah 2 bulan sakit itu bersarang di dalam tubuh Arah. Tetapi Arah masih bisa melakukan aktivitasnya seperti biasa, dia hanya harus mengomsumsi obat-obat yang diberikan oleh dokter dan selalu check-up tiap 2 minggu sekali. Alasan itu yang dipakai Arah untuk mengurungkan niatnya melamar ku. Dia tidak mau menjadi beban dalam hidupku, dia tidak mau melihat aku terus menangis manakala sakitnya kambuh lagi, dia pesimis kalau dia tidak akan bisa membuat aku bahagia. Itu sebabnya mengapa hubungan kami hanya sebatas ini.
*****
Sudah 2 hari ini arah berada di rumah sakit. Setiap kali arah masuk rumah sakit, selalu ia meminta agar dia ditaruh diruangan nomor 11. Nomor 11 sangat bersejarah bagi kami berdua. Karena di tanggal itulah pertama kali aku dan Arah bertemu dalam satu forum diskusi yang diselenggarakan oleh kampus kami. Sejak saat itu kami mulai dekat. Dan menjalin tali cinta. Awalnya hubungan kami berdua tidak disetujui oleh kedua orang tua ku. Penuh perjuangan kisah cinta kami hingga pada pada usia hubungan kami yang mau menginjak 1 tahun barulah orang tuaku menyetujui. Dan mulailah masa-masa indah kami terajut. Setiap hari kami selalu bertemu. Kalau lagi libur kuliah, Arah selalu datang kerumahku. Segala tempat rekreasi sudah kami kunjungi berulang-ulang. Aku tidak pernah bosan meskipun tempat yang kami kunjungi hanya itu-itu saja, asalkan ada Arah semuanya menjadi indah, tidak perduli dimanapun, heheee.
Saat hubungan kami menginjak usia 3 tahun, mulai ada masalah yang hampir membuat hubungan kami berakhir. Arah tertarik kepada wanita lain Siksa namanya. Siska adalah teman satu jurusan Arah, Siska seorang wanita yang cantik, modis, dan dia adalah seorang model poto sampul pada salah satu majalah ternama di kotaku, yaitu Bandung. Sakit hati ini saat mengetahui orang yang ku sayang telah berpaling hati ke wanita lain. Aku tidak pernah marah dengan Arah, aku tidak pernah menyalahkan Arah. Mungkin Arah bosan denganku, maklumlah hubungan kami sudah berjalan 3 tahun, aku selalu positif thinking dengan Arah. Bahkan ketika waktu Arah mulai terbagi, dan tidak sepenuhnya untukku. Tidak jarang aku melihat Arah jalan berdua dengan Siska saat dikampus. Sungguh pedih hatiku, tapi aku tetap bersikap tegar, selalu menganggap bahwa mereka hanya sebatas teman, hari-hari terus berlalu. Sikap arah semakin jauh dariku. Arah tak pernah lagi main kerumahku, arah selalu mempunyai alasan ketika aku menyuruhnya untuk datang kerumah. Saat seperti ini lah aku berfikir, mungkin aku harus merelakan Arah dengan wanita lain. Tapi sebelum aku mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba Arah datang kerumahku dan meminta maaf atas segala perbuatannya selama ini, dia berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Dan dia juga meyakinkan aku untuk dapat percaya lagi kepadanya. Sunggu bahagia hatiku saat mendengar perkataan Arah. Tuhan aku tahu ini adalah kado dari kesabaranku selama ini. Terima kasih Tuhan, Engkau telah mengembalikan dia untukku.
Kasih sayang dan Cinta itu mulai mengiringi kisah asmara kami kembali. Semua senyuman dan tawa selalu menyelimuti hubungan kami. Tapi kebahagian ini sempat berhenti saat Arah di vonis mengidap gagal ginjal. Arah mulai menjauhiku kembali, tetapi aku selalu berusaha untuk selalu dekat dengannya. Dan memberikan kata-kata motivasi supaya keinginan Arah untuk sembuh itu tinggi. Pada hari ini genaplah 2 bulan arah mengidap sakit itu.
*****
Aku dan Riko, yaitu kakak Arah selalu bergantian untuk menjaga Arah setiap kali Arah masuk rumah sakit. Kondisi tubuh Arah semakin hari semakin menurun. Sekarang Arah hanya mampu berbaring dan meninggalkan semua aktivitasnya karena sakit yang bersarang ditubuhnya. Ingin sekali aku menyumbangkan kedua ginjalku untuk Arah tapi niat itu dicegah oleh kak Riko. Ginjal kak Riko tidak cocok dengan arah sehingga kak Riko tidak bisa menyumbangkan ginjalnya kepada Arah.
            5 bulan telah berlalu itu artinya sakit arah sudah masuk 7 bulan. Kondisi tubuh Arah sangat memprihatinkan, kurus dan sangat lemah. Untuk berbicara saja Arah sudah kesusahan. Setiap aku kerumah sakit selalu aku bertemu dengan Keke. Hinggah pada suatu hari Keke datang menghampiriku ketika aku sedang menangis di taman. Karena tak sanggup melihat Arah yang merasa kesakitan. Hari itu Keke mengenakan baju selayar biru dengan dipadukan pita berwarna putih, sunggu cantik. Keke tampak beda! Sekarang Keke tidak mengenakan kursi roda, Keke berjalan menghapiriku lalu duduk disampingku dan berkata :
 “takdir setiap orang telah ditentukan kak, tidak usah sedih bisa saja yang sehat deluan pergi daripada yang sakit. Tidak ada seorangpun yang mengetahui takdir, keke 7 bulan yang lalu sudah divonis tidak akan bisa sembuh dan akan menuju ajal, tapi ternyata keke masih disini bahkan Keke sudah sembuh”. Aku hanya tersenyum mendengar kata-kata Keke. Seorang gadis berusia 8 tahun saja sudah mampu berkata seperti itu. Aku pun jadi lebih tegar, aku percaya suatu saat nanti akan ada waktu dimana aku dan Arah bersama untuk selamanya. Segera aku berlari menuju ruangan Arah. Saat pintu terbuka, oh astaga dimana Arah?, ternyata kondisi Arah semakin kritis dia dipindahkan ke UGD. Aku masuk dengan menggunakan baju yang steril, tampak Arah berusaha tersenyum ketika aku datang. Aku genggam tangannya. Rasanya tidak tega melihat orang aku sayangi menderita seperti ini. “Rin kalau nanti aku pergi, kamu jangan menangis ya? Tetap senyum itu yang aku mau saat proses pemakamanku nanti” ucap Arah dengan lembut. Aku segera menangis sejadi-jadinya, air mata yang telah lama aku bending kini tak tertahankan lagi. Begitu banyak air yang mengalir dipipiku, sungguh aku takut kehilangan Arah. kata-kata motivasi pun aku berikan lagi kepada Arah, tapi Arah sudah menyerah, keinginannya untuk sembuh sudah hilang. Melihat kondisi Arah, aku berlari keluar ruangan UGD. Aku gak mau terlihat cengeng didepan Arah. Aku gak mau Arah pergi……….
*****
Aku pergi ketaman rumah sakit untuk meluapkan semua kesedihan ku. Ntah mengapa ingin rasanya aku menulis surat untuk Arah. saat seperti itu keke datang membawa pena dan secarik kertas, lalu ia memberikannya kepadaku. Ntah bagaimana fikiran ku saat itu, kata demi kata mulai memenuhi kertas itu, ketika surat itu selesai segera aku memasukannya kedalam tas untuk memberikannya nanti kepada Arah. Keke mengulurkan tangannya, lalu aku menggapai tangan keke. Tiba-tiba semuanya putih, hanya ada keke yang membawa melatih berjalan disampingku. Aku melihat sebuah cahaya terang diujung jalan yang kami lewati. Mungkin ini takdirku, Aku akan menunggumu disini Arah.
*****
Arah terbangun ketika pintu UGD terbuka, dia tersenyum ketika melihat ku datang. Aku menghampirinya “jaga diri baik-baik ya sayang, aku yakin kamu pasti sembuh” ucap ku lalu berlalu dari tempat itu, ada apa dengan Rina batin Arah.
1 menit kemudian Riko kakak Arah memberitahu Arah bahwa aku sudah tidak ada. Arah menangis, dia tidak percaya karena baru saja aku datang mengunjunginya. Kak riko pun memberikan sebuah surat yang ia temukan di dalam tas ku

Mana kala takdir berbicara, tidak ada yang bisa mengubahnya biarpun hanya 1 detik. sayang aku yakin kamu pasti sembuh, aku relakan kedua ginjalku untukmu. Aku tidak tahan melihat penderitaanmu sayang, sudah 7 bulan kamu bergelut dengan sakitmu. Ditempat ini aku menunggumu Arah. tempat dimana tidak ada rasa sakit, hanya bahagia yang terpancar dari sini. Disebuah keabadian cinta. Jalani hidup ini dengan baik Arah. Aku akan selalu mengawasimu dari sini. Dan aku akan selalu bersemayam dihatimu.
Salam cinta : Sabrina

Arah tampak shock saat membaca surat ku. Mungkin yang menjenguk Arah tadi adalah arwah Rina yang meminta izin untuk pergi. Arah menangis dan berjanji akan segera menemui aku.
1 hari setelah kematianku, Arah pun menjalani pencangkokan ginjal. tapi operasinya tidak berjaalan sukses, kondisi Arah tiba-tiba down hingga akhirnya nyawanya tidak bisa diselamatkan lagi. Arwah Arah pun pergi dan berjalan menghampiriku yang sedang duduk dipersimpangan cahaya terang itu. Arah menggenggam tanganku lalu kami pun menyusuri jalan itu untuk menuju tempat keabadian, dimana cinta kami berdua dapat selalu bersama selama-lamanya.


 THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar