Hari
ini adalah tahun ajaran baru. Saatnya mengenakan seragam baru. Putih abu-abu,
ada rasa senang yang terbesit dihati saat mengenakan seragam baru itu. Dave adalah salah
satu siswa baru di SMA Tunas Harapan. Sebagai murid ajaran baru Dave dan
teman-teman lainnya mengikuti MOS selama 4 hari. Pada hari pertama semuanya
berlalu biasa saja tidak ada yang menarik menurut Dave. Pada hari kedua kakak senior
menyuruh para peserta MOS duduk di halaman sekolah dengan menggunakan berbagai
macam pernak-pernik yang telah di perintahkan oleh mereka.
“baiklah adik-adik sekalian,
kami ingin menyuruh kalian membuat satu kerajinan tangan atau satu karya seni
yang akan dikumpulkan pada hari terakhir MOS. Disini kami akan membagi kalian
menjadi beberapa kelompok. Dan tidak ada yang boleh menolak, mengerti semua?”
ucap kakak senior memberikan petunjuk
“mengerti kak” jawab mereka
kompak
Dan pembagian kelompok pun
segera dilaksanakan.
Dave satu kelompok dengan
Sesil, Kevin dan Sasha. Dave tidak kenal dengan mereka semua, sebaliknya juga
dengan Sesil, Kevin dan Sasha. Sehinggah mereka masih tampak canggung satu sama
lain.
“Semua sudah dapat kelompok
kan?” Tanya kakak senior
“sudah kak” ucap mereka
kompak
“nah, sekarang waktunya
istirahat silahkan kepada kalian semua, untuk menikmati bekal masing-masing”
Seiring dengan perginya
kakak-kakak senior. Maka berhamburlah para murid baru.
Sesil, Dave, Sasha dan Kevin
berjalan menuju pohon besar dan rindang yang berada tak jauh dari lapangan
basket.
Kecanggungan mereka
berangsur-angsur menghilang. Bahkan saat makan mereka sesekali bercanda dan
tertawa bersama.
“Kita buat apa nie, buat
tugas kelompok itu?” Tanya Sasha membuka pembicaraan.
“gue juga gak tau, abisnya
gue gak bisa buat-buat gituan” timpal Dave
“kita buat lukisan saja”
ucap Sesil memberi saran
“ide bagus tuh” timpal
Kevin.
“oke, semua sudah setujuh
kan? gimana kalau sehabis pulang sekolah ini kita langsung beli perlengkapannya”
Tanya Sesil
“oke deh” jawab Kevin,Sasha
dan Dave serempak.
Bel pun akhirnya berbunyi,
itu artinya MOS tinggal 2 hari lagi. Semua siswa baru dan siswa senior
berhambur menuju gerbang sekolah. Seperti rencana mereka tadi, mereka langsung
menuju ke sebuah Mall yang tidak jauh dari sekolah mereka. Setibanya disana,
mereka langsung menuju Gramedia dan membeli semua keperluan dan perlengkapan
yang dibutuhkan untuk melukis. Setelah selesai berbelanja mereka memutuskan
segera menuju rumah Sesil untuk memulai melukis. Setibanya dirumah Sesil, mereka
dipersilahkan masuk oleh mama Sesil.
“guys kita melukisnya disini
saja ya” ucap Sesil sambil berjalan menuju balkon belakang rumahnya.
“Sil makanannya jangan lupa
ya” gurau Dave
“yang banyak ya Sil” timpal
Kevin
“yeee dasar cowok. makan aja
tau nya” ledek Sasha
“eleh. Kayak elu enggak saja
sha” timpal Sesil
“iya juga sih”
“Yee dasar. Hahahahaaha”
Mereka mulai melukis dan
kadang-kadang diselingi dengan canda tawa.
“anak-anak makan dulu sini”
panggil mama Sesil dari dalam rumah
Mereka pun langsung menghentikan
kegiatan mereka lalu menuju meja makan.
Suasana begitu hangat. Semua
kecanggungan telah hilang.
2 hari telah berlalu lukisan
mereka pun telah selesai. Lukisan 3 tangkai bunga mawar dengan warna yang
berbeda putih, ungu, dan merah. Mereka segera mengumpulkan hasil itu kepada
kakak senior.
Hari-hari terus berlalu. Sejak
kejadian MOS itu Dave, Sesil, Sasha dan Kevin menjadi sahabat baik. Tiada hari
yang dilewatkan sendiri. Mereka selalu bersama, berbagi suka, duka, tawa, canda
Seiringin berjalannya waktu, ada suatu rasa yang terbesit
dihati Dave. Dave mulai menyukai Sesil. Segala kesederhanaan Sesil yang membuat
Dave menyukai Sesil. Hari-hari mereka lewati bersama. Dave masih saja tidak
berani mengungkapkan rasanya kepada Sesil. Hinggah pada suatu malam di depan
rumah Sesil, Dave menyatakan perasaannya itu, Sesil langsung saja menerima Dave.
Karena Sesil juga memiliki rasa yang sama dengan Dave, dan Sesil sudah lama manungguh
Dave menanyakan hal ini padanya.
Hubungan mereka yang
berganti menjadi “pacaran” pun diberitahukan kepada Sasha dan Kevin. Mereka pun
merayakan bersama, saat itu suasana begitu indah, hanya ada senyuman dan tawa. 3
tahun telah berlalu, sudah banyak masa-masa indah yang terukir di dalam benak
Sesil dan Dave. Tapi semua kebahagian itu sirnah saat Dave melanjutkan kuliah
di luar kota. Semua sikap sayang, perhatian Dave berubah menjadi sikap dingin
dan serius. Tiap malam Sesil selalu menangis karena sikap Dave yang berubah drastis,
tidak ada lagi kasih sayang dalam hubungan itu, tidak ada lagi cinta dalam
hubungan itu. Dave menjadi anak yang pendiam, dingin dan sangat dingin. Hinggah
pada suatu malam, Dave mengakhiri hubungan mereka dengan alasan kalau mereka
berbeda, dan sudah mempunyai seseorang yang dia cintai. Bagai disengat listrik
ribuan watt Sesil saat mendengar perkataan dari orang yang benar-benar dia
sayangi. Tanpa di sadari air bening itu keluar dari pelopak matanya,
cepat-cepat Sesil menghapusnya dan berkata “iya, gakpapa kok. Aku tau pasti
kamu mau bilang ini, lagian kita emang beda, dan gak bisa bersatu” ucap Sesil
mencoba membendung kesedihannya. “oh yaudah, udah ya gue balik dulu, gue cuman mau
bilang itu saja kok” ucap Dave dengan dinginnya.
Setelah Dave sudah tidak
kelihatan lagi. Sesil langsung masuk kerumah dan menuju kamarnya. Dihempaskannya
tubuhnya di tempat tidur, lalu Sesil nangis sejadi-jadinya. Kenangan indah itu
terputar lagi dibenaknya,moment-monent saat Dave menyatakan cinta, saat mereka
menghabiskan waktu bersama, tertawa, bercanda. Sesil masih tidak percaya dengan
semua ini. Hubungan yang telah mereka bina selama ini bisa hancur dalam satu
hari.
Setelah peristiwa itu Dave tidak pernah lagi menghubungi
Sesil. “gue harus bisa ada atau tidak ada nya Dave hidup gue harus bisa bahagia” ucap Sesil pada dirinya sendiri.
Waktu berjalan begitu cepat Sesil
sudah berada pada tingkat terakhir kuliahnya, ia tinggal menyusun skripsi. Hari-hari
yang ditunggu Sesil pun tiba ia dinyatakan lulus, dan memperoleh nilai
tertinggi di kuliahnya. Orang tua, sahabat, serta teman-teman Sesil sangat
bangga. Sesil berfoto ria dengan sahabatnya dan keluarganya.
Kini hari-hari Sesil dihabiskan
dengan memimpin perusahan ternama di Jakarta, sejak Sesil dinyatakan lulus
dengan nilai tertinggi, begitu banyak para pengusaha menawarkan pekerjaan
kepada Sesil, yang adalah lulusan Manajemen. Karena rutinitas pekerjaan
pelan-pelan Sesil mulai lupa dengan Dave. Ia mulai membuka hati untuk menerima
seorang lelaki tampan yang bernama Fiko. Selain karena dasar cinta, Sesil menerima
Fiko karena mereka dalam satu budaya yang sama. Selain itu mereka juga memiliki
latar belakang yang sama Sesil adalah seorang wanita karier yang terkenal dan Fiko
adalah seorang pengusaha terhebat di Jakarta. Tidak lama mereka berpacaran,
mereka memutuskan untuk menikah.
Hari yang ditunggu telah
tiba, Sesil sangat cantik dengan berbalutkan aksesoris dan gaun yang berwarna
putih. Sasha yang sejak tadi berada didalam ruangan tempat Sesil di make-up
memberikan sesuatu.
“Sil, loe masih ingat sama Dave?”
Tanya Sasha hati-hati
“oh cowok itu, ingat kenapa?”
jawab Sesil dengan suara datar
“ini ada surat buat loe dari
Dave” ucap Sasha sambil menyodorkan sebuah surat untuk Sesil
“apaan ini? Gak penting”
ucap Sesil sambil membuang surat itu
“Sil, kalau loe gak mau baca
surat ini, itu hak loe. 1 hal yang perlu loe tau, kalau loe baca surat itu. Loe
bisa tau hal yang selama ini gak loe tau” ucap Sasha sambil meninggalkan
ruangan make-up
Sesil pun membuka surat itu
Hay
Sesil, apa kabar? Gue kangen banget sama loe. Ingin rasanya gue meluk loe, tapi
gak mungkin karena dunia kita sudah berbeda. mungkin sekarang loe lagi bahagia
banget, ya kan? Gue seneng deh loe sudah dapat pengganti gue. Maafin gue atas
sikap gue dulu. Gue tau loe marah banget sama gue, itulah yang gue inginkan. Gue
lebih senang lihat loe marah daripada lihat loe sedih. Itu alasan gue kenapa
tidak bilang yang sebenarnya sama loe. Sebenarnya gue mengidap kanker darah dan
telah ditentukan hidup gue tinggal hitungan bulan saja. Semua yang dulu gue
ucapin itu gak bener. Kita udah janjikan akan selalu bersama meskipun kita
berbeda? Dan janji itu akan selalu gue ingat dan gue tepati. Raga gue emang
sudah gak ada. Tapi jiwa gue akan selalu berada di samping loe. Dan ingat
seorang princess harus selalu tersenyum. Bahagia ya princess dengan pangeran
baru kamu
Your
prince : Dave
Air bening itu keluar lagi
dari pelopak mata sesil, moment-moment saat bersama Dave terputar kembali.
“mungkin gue terlalu bodoh Dave,
karena saat itu gue percaya sama loe. gue janji gue akan selalu tersenyum buat
loe” ucap Sesil sambil menghapus air mata yang telah mengalir dipipinya.
Proses pernikahan Sesil dan Fiko pun berlangsung dengan
indah. Senyum yang merekah dari para keluarga, serta para undangan yang datang
menandakan betapa bahagianya semua orang melihat 2 insan mengikat janji
Setelah 3 hari mereka
menikah. Sesil dan Fiko mengunjungi makam Deva, mereka membawa bunga mawar berwarna
ungu, putih dan merah. Bunga kenangan saat mereka berdua dipertemukan .
THE
END