Fofo-foto
hasil jepretanku telah selesai. Kini saatnya aku pergi ke kantor untuk
memberikan hasil kerja ku kepada boss. Tapi pagi ini agak berbeda, sudah banyak
kesialan yang menimpahku, hingga aku harus terlambat datang kerumah sakit. Fiuh
cukup ngelus dada aja deh hari ini batinku. Aku terus berjalan dikoridor rumah
sakit menuju 1 ruangan yang setiap hari aku datangi. “Rin, sebaiknya jangan
masuk dulu. Arah lagi istirahat” ucap seorang yang mengurungkan niatku untuk
membuka pintu ruangan itu. “huft. Berarti aku telat dong” batin ku kesal. Segera
aku berjalan ketaman rumah sakit lalu duduk di bawah pohon jambu yang rindang.
Sesekali ku mainkan kamera ku, memfoto aktivitas para pasien dan bunga-bunga
yang ada ditaman rumah sakit. Tiba-tiba seorang anak kecil dengan menggunakan
kursi roda datang menghampiriku. Dia hanya diam tak sepatah kata pun keluar
dari mulutnya yang mungil, dia hanya mengamati aku yang masih tetap asyik
memainkan kamera ku. Hingga pada akhirnya aku pun bertanya “adik kecil namanya
siapa?” dia pun tersenyum dan menjawab “nama aku Keke kak, nama kakak siapa?”,
“nama saya Sabrina, kamu bisa panggil saya kak Rina, ataupun mbak Rina” ucapku
memberikan informasi. Keke lalu tersenyum dan memintaku untuk memfoto dia.
Hasilnya bagus! Seorang gadis imut dengan rambut hitam tergurai panjang sebahu
dan pipi yang chubby. Tapi tunggu dulu, ada yang aneh pada hasil foto ini,
kenapa Keke membawa sebuah melati putih, sedangkan pada aslinya Keke tidak
membawa bunga itu. Pertanyaan demi pertanyaan muncul di dalam benakku. “Rin,
Arah sudah bangun, samperin gih” ucap Riko yang membuyarkan lamunan ku. Aku pun
langsung pergi dan berpamitan dengan Keke.
*****
Terlihat Arah yang sedang
tersenyum dengan kondisinya yang lemah, saat aku membuka pintu ruangan itu.
Arah tersenyum dan langsung mengelus pipiku, aku pun hanya bisa membalas dengan
senyuman. Lalu kami pun mengobrol dan bercanda seperti biasanya. Aku selalu
menceritakan kesan yang ku alami setiap harinya kepada Arah. Arah adalah orang
yang sangat aku sayangi dan sangat aku cintai. Sudah lama kami berpacaran,
bahkan kami sudah berkomitmen untuk menuju kejenjang yang lebih serius lagi.
Tapi tampaknya Tuhan belum mengizinkan kami untuk bersatu. Pada usia hubungan
kami yang genap 4 tahun, Arah difonis mengidap gagal ginjal. Sudah 2 bulan
sakit itu bersarang di dalam tubuh Arah. Tetapi Arah masih bisa melakukan
aktivitasnya seperti biasa, dia hanya harus mengomsumsi obat-obat yang
diberikan oleh dokter dan selalu check-up tiap 2 minggu sekali. Alasan itu yang
dipakai Arah untuk mengurungkan niatnya melamar ku. Dia tidak mau menjadi beban
dalam hidupku, dia tidak mau melihat aku terus menangis manakala sakitnya
kambuh lagi, dia pesimis kalau dia tidak akan bisa membuat aku bahagia. Itu
sebabnya mengapa hubungan kami hanya sebatas ini.
*****
Sudah 2 hari ini arah berada
di rumah sakit. Setiap kali arah masuk rumah sakit, selalu ia meminta agar dia
ditaruh diruangan nomor 11. Nomor 11 sangat bersejarah bagi kami berdua. Karena
di tanggal itulah pertama kali aku dan Arah bertemu dalam satu forum diskusi
yang diselenggarakan oleh kampus kami. Sejak saat itu kami mulai dekat. Dan
menjalin tali cinta. Awalnya hubungan kami berdua tidak disetujui oleh kedua
orang tua ku. Penuh perjuangan kisah cinta kami hingga pada pada usia hubungan
kami yang mau menginjak 1 tahun barulah orang tuaku menyetujui. Dan mulailah
masa-masa indah kami terajut. Setiap hari kami selalu bertemu. Kalau lagi libur
kuliah, Arah selalu datang kerumahku. Segala tempat rekreasi sudah kami
kunjungi berulang-ulang. Aku tidak pernah bosan meskipun tempat yang kami
kunjungi hanya itu-itu saja, asalkan ada Arah semuanya menjadi indah, tidak
perduli dimanapun, heheee.
Saat hubungan kami menginjak
usia 3 tahun, mulai ada masalah yang hampir membuat hubungan kami berakhir.
Arah tertarik kepada wanita lain Siksa namanya. Siska adalah teman satu jurusan
Arah, Siska seorang wanita yang cantik, modis, dan dia adalah seorang model
poto sampul pada salah satu majalah ternama di kotaku, yaitu Bandung. Sakit
hati ini saat mengetahui orang yang ku sayang telah berpaling hati ke wanita
lain. Aku tidak pernah marah dengan Arah, aku tidak pernah menyalahkan Arah.
Mungkin Arah bosan denganku, maklumlah hubungan kami sudah berjalan 3 tahun,
aku selalu positif thinking dengan Arah. Bahkan ketika waktu Arah mulai
terbagi, dan tidak sepenuhnya untukku. Tidak jarang aku melihat Arah jalan
berdua dengan Siska saat dikampus. Sungguh pedih hatiku, tapi aku tetap
bersikap tegar, selalu menganggap bahwa mereka hanya sebatas teman, hari-hari terus
berlalu. Sikap arah semakin jauh dariku. Arah tak pernah lagi main kerumahku,
arah selalu mempunyai alasan ketika aku menyuruhnya untuk datang kerumah. Saat
seperti ini lah aku berfikir, mungkin aku harus merelakan Arah dengan wanita
lain. Tapi sebelum aku mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba Arah datang
kerumahku dan meminta maaf atas segala perbuatannya selama ini, dia berjanji
tidak akan mengulanginya lagi. Dan dia juga meyakinkan aku untuk dapat percaya
lagi kepadanya. Sunggu bahagia hatiku saat mendengar perkataan Arah. Tuhan aku
tahu ini adalah kado dari kesabaranku selama ini. Terima kasih Tuhan, Engkau
telah mengembalikan dia untukku.
Kasih sayang dan Cinta itu
mulai mengiringi kisah asmara kami kembali. Semua senyuman dan tawa selalu menyelimuti
hubungan kami. Tapi kebahagian ini sempat berhenti saat Arah di vonis mengidap
gagal ginjal. Arah mulai menjauhiku kembali, tetapi aku selalu berusaha untuk
selalu dekat dengannya. Dan memberikan kata-kata motivasi supaya keinginan Arah
untuk sembuh itu tinggi. Pada hari ini genaplah 2 bulan arah mengidap sakit
itu.
*****
Aku dan Riko, yaitu kakak Arah
selalu bergantian untuk menjaga Arah setiap kali Arah masuk rumah sakit.
Kondisi tubuh Arah semakin hari semakin menurun. Sekarang Arah hanya mampu
berbaring dan meninggalkan semua aktivitasnya karena sakit yang bersarang
ditubuhnya. Ingin sekali aku menyumbangkan kedua ginjalku untuk Arah tapi niat
itu dicegah oleh kak Riko. Ginjal kak Riko tidak cocok dengan arah sehingga kak
Riko tidak bisa menyumbangkan ginjalnya kepada Arah.
5 bulan telah berlalu itu artinya sakit arah sudah masuk
7 bulan. Kondisi tubuh Arah sangat memprihatinkan, kurus dan sangat lemah.
Untuk berbicara saja Arah sudah kesusahan. Setiap aku kerumah sakit selalu aku
bertemu dengan Keke. Hinggah pada suatu hari Keke datang menghampiriku ketika
aku sedang menangis di taman. Karena tak sanggup melihat Arah yang merasa
kesakitan. Hari itu Keke mengenakan baju selayar biru dengan dipadukan pita
berwarna putih, sunggu cantik. Keke tampak beda! Sekarang Keke tidak mengenakan
kursi roda, Keke berjalan menghapiriku lalu duduk disampingku dan berkata :
“takdir setiap orang telah ditentukan kak,
tidak usah sedih bisa saja yang sehat deluan pergi daripada yang sakit. Tidak
ada seorangpun yang mengetahui takdir, keke 7 bulan yang lalu sudah divonis
tidak akan bisa sembuh dan akan menuju ajal, tapi ternyata keke masih disini
bahkan Keke sudah sembuh”. Aku hanya tersenyum mendengar kata-kata Keke.
Seorang gadis berusia 8 tahun saja sudah mampu berkata seperti itu. Aku pun
jadi lebih tegar, aku percaya suatu saat nanti akan ada waktu dimana aku dan
Arah bersama untuk selamanya. Segera aku berlari menuju ruangan Arah. Saat
pintu terbuka, oh astaga dimana Arah?, ternyata kondisi Arah semakin kritis dia
dipindahkan ke UGD. Aku masuk dengan menggunakan baju yang steril, tampak Arah
berusaha tersenyum ketika aku datang. Aku genggam tangannya. Rasanya tidak tega
melihat orang aku sayangi menderita seperti ini. “Rin kalau nanti aku pergi,
kamu jangan menangis ya? Tetap senyum itu yang aku mau saat proses pemakamanku
nanti” ucap Arah dengan lembut. Aku segera menangis sejadi-jadinya, air mata
yang telah lama aku bending kini tak tertahankan lagi. Begitu banyak air yang
mengalir dipipiku, sungguh aku takut kehilangan Arah. kata-kata motivasi pun
aku berikan lagi kepada Arah, tapi Arah sudah menyerah, keinginannya untuk
sembuh sudah hilang. Melihat kondisi Arah, aku berlari keluar ruangan UGD. Aku
gak mau terlihat cengeng didepan Arah. Aku gak mau Arah pergi……….
*****
Aku pergi ketaman rumah
sakit untuk meluapkan semua kesedihan ku. Ntah mengapa ingin rasanya aku
menulis surat untuk Arah. saat seperti itu keke datang membawa pena dan secarik
kertas, lalu ia memberikannya kepadaku. Ntah bagaimana fikiran ku saat itu,
kata demi kata mulai memenuhi kertas itu, ketika surat itu selesai segera aku
memasukannya kedalam tas untuk memberikannya nanti kepada Arah. Keke
mengulurkan tangannya, lalu aku menggapai tangan keke. Tiba-tiba semuanya
putih, hanya ada keke yang membawa melatih berjalan disampingku. Aku melihat
sebuah cahaya terang diujung jalan yang kami lewati. Mungkin ini takdirku, Aku
akan menunggumu disini Arah.
*****
Arah terbangun ketika pintu
UGD terbuka, dia tersenyum ketika melihat ku datang. Aku menghampirinya “jaga
diri baik-baik ya sayang, aku yakin kamu pasti sembuh” ucap ku lalu berlalu
dari tempat itu, ada apa dengan Rina batin Arah.
1 menit kemudian Riko kakak
Arah memberitahu Arah bahwa aku sudah tidak ada. Arah menangis, dia tidak
percaya karena baru saja aku datang mengunjunginya. Kak riko pun memberikan
sebuah surat yang ia temukan di dalam tas ku
Mana
kala takdir berbicara, tidak ada yang bisa mengubahnya biarpun hanya 1 detik.
sayang aku yakin kamu pasti sembuh, aku relakan kedua ginjalku untukmu. Aku
tidak tahan melihat penderitaanmu sayang, sudah 7 bulan kamu bergelut dengan
sakitmu. Ditempat ini aku menunggumu Arah. tempat dimana tidak ada rasa sakit,
hanya bahagia yang terpancar dari sini. Disebuah keabadian cinta. Jalani hidup
ini dengan baik Arah. Aku akan selalu mengawasimu dari sini. Dan aku akan
selalu bersemayam dihatimu.
Salam
cinta : Sabrina
Arah tampak shock saat
membaca surat ku. Mungkin yang menjenguk Arah tadi adalah arwah Rina yang
meminta izin untuk pergi. Arah menangis dan berjanji akan segera menemui aku.
1 hari setelah kematianku,
Arah pun menjalani pencangkokan ginjal. tapi operasinya tidak berjaalan sukses,
kondisi Arah tiba-tiba down hingga akhirnya nyawanya tidak bisa diselamatkan
lagi. Arwah Arah pun pergi dan berjalan menghampiriku yang sedang duduk
dipersimpangan cahaya terang itu. Arah menggenggam tanganku lalu kami pun
menyusuri jalan itu untuk menuju tempat keabadian, dimana cinta kami berdua
dapat selalu bersama selama-lamanya.
THE
END